Featured Post

PETUNJUK PERAKITAN PCB SOCL 506 4TR 600W

TAYANGAN

KAKI YANG SOMBONG ( 1 )

 SHOLAWAT DIBA’ DI DAERAH MALANG

Dikampung saya, membaca maulid diba’ dibuat simpel saja. Acara dimulai sesudah sholat maghrib dan berakhir sebelum sholat isya’.  Rupanya yang dibaca cuman maulid diba’ saja sedikit membaca rowi dan langsung ke bacaan Fahtazal. Oh iya. Orang tua bilang acara ini adalah : TIBA’AN. Beda dengan generasi sekarang yang mulai paham bacaan yang aslinya: DIBA’ atau DIBA’AN.

Kok simpel sih kang? Tanya seorang teman kepadsaya. Ya saya jawab: “Ya ditanyakan sama imam diba’nya saja. Saya sih ikut aja.”

Beberapa daerah memang membikin simpel bacaan biar ngirit waktu dan acara segera selesai. Terus dikasi makan oleh tuan rumah. He he he…

Orang –orang ASWAJA  ( ahlus sunnah wal jama’ah = sekelompok orang islam yang mengikuti ajaran nabi Muhammad, khalifah 4, para sahabat nabi, pengikut ajaran nabi, pengikut  para pengikut  seperti para kyai dan habaib dst  ) akrab dengan Tahlilan dan Diba’. Tahlil dan diba’ adalah bagian dari hidup mereka. Syukuran kelahiran anak pakai baca Diba’. Meng -Aqiqoh anak membaca Diba’. Nyunatkan anak  pakai baca diba’. Menikahkan anak baca Diba’. Pindah rumah nanggap baca Diba’ dan khotmil Qur’an.

Lho kok bukan Tahllilan? Ya. Tahlilan hanya dikhususkan untuk kirim pahala do’a khusus kepada saudaranya yang telah wafat seperti almarhum orang tua, mbah kung mbah uti, oma opa, buyut, canggah dan seterusnya. 

Orang ASWAJA berkeyakinan bahwa pahala bacaan alqur’an, tasbih, istighfar, dan bacaan sholawat itu bisa dihadiahkan kepada yang telah tiada. Ada banyak dalil perihal ini  walau ada sekelompok islam yang lain mengatakan hadiah pahala ini tidak sampai. Tapi ini tidak dibahas disini.  

Pada suatu acara pembacaan  Maulid Nabi, saya terheran dengan seorang tua di ujung terop. Dia berdiri mulai acara dimulai hingga acara berakhir.

BERDIRI TERUS-TERUSAN

Saya heran saja. Yang kutahu adalah para hadirin berdiri ketika dibacakan Mahallul Qiyaam ( yang membaca Yaa Nabi Salam ‘alaika Yaa Rosul Salaam ‘alaika, asyroqol badru ‘alaina dan seterusnya ) hingga selesai. Lha pak tua ini terusan berdiri sampai acara selesai. Mangkanya kenapa dia selalu ada diposisi dipojok terop, mungkin biar tidak menarik perhatian ya?

Sepertinya beliau ini sangat hafat bacaan Diba’ mulai awal sampai akhir. Dan yang terkadang saya heran adalah beliau orang tua itu kadang kala menangis sambil menengadahkan tangan keatas dan membaca dengan penuh emosi. Sama dengan saya. Kenapa sih orang itu?

Ketika acara bubar. Kami nyantai. Tidak lama sesudah pembacaan Do’a penutup Diba’ selesai, kami para hadirin diberi makan oleh sohibut bait ( tuan rumah ) sebut saja kang SUFI. 

Alhamdulillah diberi semur daging,yang oleh orang Semprulnesia diberi nama NOWAR. Orang Jawa di Endonesa mengatakan dengan RAWON. Kulihat pak tua itu sudah duduk dan menyantap semur daging nowar ini.

“Mas, pak tua itu siapa ya?”

“Oh..dia ( sebut saja ) pak MAD “

“Orang asli sini ya?”

“Aslinya orang Jawa Tengah. Terus menikah dapat orang sini dan menetap disini sejak dari pengantin baru sekitar 40 taun yang lalu. Ada apa ya mas?” tanya orang disebelahku.

“Oh nggak. Cuman heran saja. Di negeri saya kalau baca Diba’ itu berdirinya cuman pas baca Mahallul Qiyam saja” kata saya sambil tersenyum

“Iya mas. Sama dengan di daerah Malang sini. Berdirinya pas baca Mahallul Qiyam. Tapi pak MAD berdiri mulai awal sampai akhir bagi kami tidak masalah. Tidak mengganggu, kok. Lagian beliau dulu itu malah gak pernah ikutan tahlil dan Diba’ sama sekali lho. Alasannya sih gak ada waktu. 

Semenjak sembuh dari kelumpuhan sekitar 10 tahun lalu, beliau baru mau gabung dengan kita- kita. Ya disyukuri lah walau pakai style seperti itu. Tapi dia gak pernah menyuruh orang lain harus berdiri kayak dia kok mas” Jelas orang sebelahku.

Acara undangan selesai. Bubar. Saya kembali ke negeriku, Semprulnesia.

Karena sebuah keajaiban, saya bertemu kembali dengan pak MAD di bandara Internasional  AS-SLOROD, Semprulnesia. Saat itu kami sama-sama mau berangkat UMROH. Dia bercerita kalau tidak bisa berangkat dari bandara JUANDA,Surabaya karena gempa bumi. Landasan pacu pesawat mengalami retak karena lempeng bumi-nya pecah sehingga harus diperbaiki.

“Saya MAD BOGEL” pak MAD memperkenalkan diri

“ Saya JON Ad-Dabruz” saya memperkenalkan diri.

Kami bicara ngalor ngidul soal perkembangan negeri masing-masing, membahas perkembangan dakwah Islam di negeri masing-masing, membahas masalah intoleransi yang semakin menguat pasca kedatangan kelompok perusak dari luar negeri dan bahasan lainnya. Kami memang doyan nggedabrus.

Kami juga membahas tentang profil Rosululloh yang Agung dan penuh cinta kasih kepada umat dan makhluk lainnya. Termasuk membicarakan tentang sholawat dan fadhilah membaca sholawat.

Tiba pada pembicaraan soal fadilah sholawat, saya teringat tingkah pak MAD tahun lalu saat kami dapat undangan dari kang SUFI, seorang tentara berpangkat  Letnan yang dulu adalah teman satu sekolah di daerah SINGOSARI, Kab malang.

“Oh iya pak MAD, saya mau nanya nih. Saya kok tertarik dengan pak MAD yang tempo hari saya lihat ikut Diba’an tapi berdiri mulai awal sampai akhir? Ini gaya dari daerah mana ya pak?” tanya saya penasaran

INI ADALAH NADZAR

Pak MAD diam sekejap. Matanya menerawang ke udara bebas di ruang tunggu pesawat. Menghadap hamparan bandara yang luas. Setelah menarik nafas dalam-dalam, barulah dia berbicara

“Ini adalah nadzar, mas JON” kata pak MAD

“Nadzar?” tanya saya

“Ya. Nadzar. Ini ada ceritanya”

“Saya pasti senang mendengarnya” kata saya kepada pak MAD

“Begini mas. Dulu saya ini adalah muslim penganut anti bid’ah. Agama Islam harus dijalankan sesuai ajaran Rosululloh dan harus semurni mungkin. Diantaranya ya harus meninggalkan bid’ah dan memerangi amalan ahlul bid’ah” kata pak MAD.

“Oh ya? Wah menarik nih” kata saya.

“Bagiku membaca Diba’ adalah perbuatan tercela. Rosululloh tidak pernah membaca Diba’. Diba’ karangan Imam Abdurrahman Ad-Diba’i  ini adalah bacaan dan amalan karangan dia. Ngapain mesti diamalkan. Yang harus diamalkan adalah ajaran dari Rosululloh saja mas”

“Jadi menurut panjenengan, bacaan ini adalah bid’ah gitu ya pak” tanya saya sambil tersenyum

“Absolutely Bid’ah. It’s a Bid’ah Sayyi’ah. Very – very tercela. Neraka adalah tempat sebaik –baik pelaku bid’ah” kata pak MAD

“Tapi njenengan saat itu ikutan komat-kamit membaca Diba’ sampai nangis-nangis? Benci bid’ah tapi ikutan membaca Diba’. Apakah njenengan hanya menghormati orang yang sedang ada majelis do’a orang muslim atau bagaimana ya pak?” tanya saya heran.

“Oh tidak mas JON. Kejadian itu saya setelah kenal dengan Sholawat. Saya sudah tidak suka membid’ahkan orang lagi ” kata pak MAD.

BAGAIMANA CERITANYA?

Begini ceritanya:

Pada suatu hari disebelah rumah saya ada orang punya hajat mengkhitan-kan anaknya. Pakai Sound System. Suaranya keras banget. Bising banget ketika mereka membaca Diba’ , saya seperti tidak senang. Bagi saya saat itu, ini bacaan bid’ah turun temurun. Tidak dibenarkan oleh agama. Lalu saya hanya membathin dan melaporkan kejadian ini kepada baginda nabi. Seraya berseru menghadap ke atas, saya katakan:

   “ Yaa Rosululloh. Lihatlah! Banyak sekali umatmu yang melakukan hal bid’ah sepeninggalmu. Saya benci mereka. Mereka tidak mau mengikuti sunnahmu, malah membacakan syair bid’ah kepadamu, yaa Rosululloh”

Saya masih teringat dengan syair – syair yang dilantunkan oleh kang DUL,  tetangga saya saat itu. Sudah suaranya jelek, makhroj ( kefasihan ) nya buruk.  Berdosa, lagi” cerita pak MAD

Selanjutnya pak MAD terdiam dan beberapa saat melanjutkan

“Pada waktu malam harinya, saya bermimpi. Tiba – tiba acara tadi sore itu kok tertayang dalam mimpi saya. Hanya saja orang – orang para tetangga saya ini seperti membacakan syair diba’ ini seperti membaca di kegelapan malam. Pekat sekali malam itu. Saya seperti ada diantara mereka orang-orang sarungan ini. Saya tidak suka sarung. Itu bukan busana Rosululloh. Didalam mimpi itu hanya saya sendiri yang memakai busana gaya arab. Yang lain hanya memakai sarung dengan berkopyah hitam, beberapa ada yang ber topi haji.

“ Tatkala seorang pelantun  mengatakan “ mahallul qiyaam”, sontak para jemaah melantunkan syair SHOLLALLAAHU ‘ALLAA MUHAMMAD, SHOLLALLAAHU ‘ALAIHI WA SALLAAM berulang- ulang  seraya berdiri. Saya tetap diam saja. Kupikir saya bukan golongan mereka. Ya se-enakku dong.” Pak MAD bercerita.

SOSOK BERMUKA TERANG

“Tiba – tiba dalam kegelapan itu muncul se-sosok manusia dengan muka bercahaya sangat terang. Sulit dikenali dan sulit diceritakan betapa terang wajah itu” kata pak MAD seraya matanya mulai berkaca-kaca…

Assalaamu ‘alaikum yaa Rosululloh” kata seorang jemaah yang  kutahu dia adalah pak DUL yang suaranya gak enak itu.

Wa –alaikumus Salaam” kata sosok itu sambil menyambut jabat tangan pak DUL sambil merangkul hangat pak DUL. Kulihat pak DUL menangis sambil mengatakan “Yaa Nabii salam ‘alaika, yaa Rosul salam ‘alaika ( Hai nabi, salam untukmu, duhai yang diutus, salam untukmu ) ” berulang-ulang.

“Sosok itu menjabat tangan semua hadirin yang berdiri untuk menyambut kedatangan sosok itu. Semua disalami. Karena saya dalam mimpi itu merasa bahwa yang hadir itu adalah Rosululloh, nabi Muhammad Shollallaahu ‘alaihi wa ‘aalihi wa Sallam, saya lantas kaget dan segera berdiri menghampiri orang yang kuidolakan dan kutiru segala tingkah lakunya menurut ajaran kelompok saya ini. Ini momen sangat membahagiakan” kata pak MAD

“Akan tetapi saya merasakan kaki-saya tidak bisa berdiri tegak. Lemas. Seperti lumpuh. Saya sangat kaget kenapa bisa demikian. Semua orang pada kedepan menyambut terkecuali saya karena saya tidak mampu untuk bangkit. Saya coba untuk bangkit tapi tidak bisa. Seperti mati terkunci. Untungnya sosok itu selanjutnya menuju kearahku, akan tetapi hanya mengambil jarak saja tanpa menyalamiku. Kenapa sosok ini  tidak mau menyalamiku? Saya membathin.”

KAMU TIDAK AKAN BISA BERDIRI

“Sosok itu hanya menatapku dari jarak 2 meteran dari saya. Wajah yang teduh bersinar itu mengatakan ”Kamu membenci syair pujian kepada saya. Kamu tidak akan bisa berdiri” kata suara indah dan lembut itu. Saya tersadar. Rupanya sosok itu mengingatkanku  saya karena selama ini saya membenci bacaan Diba’ ini” cerita pak MAD sambil menetes air matanya.  

“Saat saya bangun tidur, kurasakan kaki saya  terasa ringan. Dan yang mengejutkan adalah tidak bisa digerakkan sama sekali. Saya lumpuh. Seketika saya menangis dan mengucapkan kalimat ampunan “Astaghfirullahal adzhiim” berulang-ulang. Isteriku kaget dan ikut menangis karena tahu kalau tulang punggung keluarga akan runtuh karena tidak bisa mencari nafkah lagi.

“Saat itu anak saya  6, yaa mas JON. Saya hanya berpikir semakin banyak anak maka saya telah membantu perjuangan Islam. Soal makan pasti telah dijamin oleh Allah. Soal yang lain hanya soal ikhtiar berusaha saja. Lha kalau sudah lumpuh begini gimana coba?” cerita pak MAD

NEXT: KATA KANG DUL KELUMPUHANKU KARENA KESOMBONGANKU

LINK LAINNYA:

PREAMP,  MIXERTONE CONTROL EQUALIZERAMPLIFIER GITARPINTEREST YOHAN

KUMPULAN MIXER AMPLI BUILT UPSKEMA PAK YOHAN,

 

Komentar